jiki ramdani blog
fikiranku tersesat diantara jalinan kusut urat syaraf otakku. dunia seperti berada dalam kotak pandora. mungkin sudah terlalu jauh aku melangkah. tapi apakah pantas jika aku menegaskan kata dalam kalimat dengan ukuran terlalu dan sangat. ini bukan keluhan juga bukan penyesalan tetapi cuma pengulangan dan penegasan dari phrase atau idiom agar aku faham apa arti hidup yg sebenarnya (jiki.ramdani)
jiki ramdani blog
Oleh Jiki Ramdani

“ayah” aku berlari kearah paman yuga
Aku berlari menuju pelukan ayah yuga, ayah yuga memeluk aku sambil berkata
“zakky anak paman yuga yang tersayang, sudah makan belum sih? Lagi apa hayo?” paman yuga tersenyum terkekeh-kekeh
Aku menutupi kertas yang sudah aku gambari dengan kedua telapak tanganku, kepalaku mengangguk-ngangguk.
“zakky sudah makan sama roti tadi pagi” aku tersenyum simpul dan mulai memperlihatkan gambar hasil karyaku kearah paman yuga “ ini gambar paman yuga” aku menutupi wajahku, takut gambarku jelek.
“wah pintarnya zakky ini menggambar” paman yuga menggendong aku, mencium keningku.
“zakky anak paman yuga sayang, paman yuga sayang sangat sama zakky, panggillah paman ini ayah ya, jangan panggil paman lagi ok”
Aku mengangguk” baik, ayah baru”

Tanpa terasa tahun demi tahun telah berganti, kerinduan kepada ibu, ayah dan kakak arif semakin lama semakin menguat saja hingga aku tidak mampu menahannya, jika aku rindu kepada ayah, ibu dan kakak arif aku selalu melamun, melamun, melamun mencari jawaban dari sesuatu yang sulit aku tanyakan, terkadang paman yuga selalu mengamati aku yang sedang melamun “ paman tahu pasti zakky ingat mereka kan?” lalu paman yuga menyambung kalimatnya lagi “sekarang ada paman yuga, ini ayah mu juga, peluklah paman sebagaimana zakky memeluk ayah, ibu dan kakak arif” aku lalu memeluk paman yuga. Hal seperti ini setidaknya sedikit mengobati kerinduan akan ayah, ibu dan kakak arif.

Tahun ini aku genap bersusia 10 tahun, 3 tahun sudah aku hidup bersama paman yuga yang selalu aku sebut ayah,

Hari ini adalah hari ulang tahun aku yang ke 10, paman yuga mempersiapkan pesta ulang tahun yang begitu mewah di restaurant bintang lima, seluruh ruangan restaurant di hias dengan aksen-aksen manis, ada balon warna-warni, ada badut yang lucu, ada bunga melati dan aku mengenakan jas hitam dengan dasi kupu-kupu.
Tamu undangan sudah berkumpul mengelilingi meja yang berisikan kue ulang tahunku, jantungku berdebar-debar tak menentu, semua tamu undangan bersama-sama menyanyikan happy birthday to you, happy birthday zakky, satu persatu ke-sepuluh lilin yang melingkar diatas kue ulang tahun ku tiup. Aku bahagia sekali tetapi alangkah bahagianya jika ada ibu, ayah dan kakak arif disini, disampingku.
“zakky lihat paman bawa hadiah untukmu” paman membawa kotak kaca yang tertutup kain hitam lalu membuka kain hitam itu, taraaa 5 ekor ikan warna-warni sedang berlarian didalam kotak kaca itu. Aku terkejut, mataku terbelalak bahagia, mulutku terus saja bergumam.
“bagaimana tahu zakky suka ikan warna-warni” aku terus saja menatap ikan warna-warni itu
“dulu ayahmu pernah mengajak paman ke pasar, ayahmu lalu membeli ikan warna-warni, ayahmu menjelaskan bahwa zakky suka sekali ikan warna-warni, sejak saat itulah paman jadi tahu, sebenarnya sudah lama paman ingin membelikanmu ikan warna-warni tapi paman selalu lupa he he he he he”
jiki ramdani blog
Oleh : Jiki Ramdani

“ini paman yuga” ayah memperkenalkan paman yuga ke aku, “cepat beri salam kepada paman yuga”. Lalu aku mencium tangan paman yuga, paman yuga mengelus-ngelus kepalaku “ salam perkenalan paman yuga, nama ku zakky shabiladev, usia ku sekarang sudah 7 tahun” kata aku.
Paman yuga tersenyum “ halo adik zakky yang manis, ermm kamu lucu banget si, paman senang punya keponakan seperti adik zakky” paman yuga mengeluarkan sebatang coklat lalu menyodorkannya kearah aku “ paman yuga punya coklat, ini buat adik zakky agar adik zakky tambah lebih manis seperti coklat”. Aku tersenyum malu-malu dan mengambil coklat itu.
“anakmu manis, lucu dan pintar” kata paman yuga kepada ayah
“ngomong-ngomong tentang anak, dimana anak mu, bukankah kamu punya anak laki-laki, kalo tidak salah namanya..nan..nan.nando”
Paman yuga menundukkan kepalanya, dengan tatapan mata apa adaya, paman yuga menjawab
“dia sudah meninggal 3 bulan yang lalu karena sakit tifus”
Ayah lalu diam begitu mendengar jawaban paman yuga, ayah menepuk pundak paman yuga
“berat memang kalo orang yang kita cintai itu pergi, aku yakin kamu lelaki yang kuat” lalu ayah mengacungkan 2 jempol sambil berkata “ SEMANGAT…SEMANGAT”
Paman yuga adalah kakak ayah aku, dia sudah menikah tapi baru mempunyai anak setelah 5 tahun menikah, anak paman yuga meninggal dunia dalam usia 3 tahun, namanya nando, nando lucu sekali, aku pernah memeluk dan mencibut pipi nando kecil, namun sayang sekarang nando sudah tidak ada lagi, aku selalu teringat akan wajah nando yang lucu itu, kata-kata yang selalu diucapkan nando yang masih aku ingat adalah “ PA PA LI PO PA PA LI PO” dan nando kecil selalu memanggil aku popo zassi, maklumlah lidah anak kecil masih belum sempurna betul.
***
Hari ini paman yuga mengajak aku jalan-jalan, paman yuga mengajak aku ke taman, disana aku dan paman yuga bermain-main. Ternyata paman yuga itu sangat baik dan penyayang, berkali-kali kepala aku selalu diusap-usapnya, tapi sayang paman yuga kehilangan anak semata wayangnya. Dan aku tahu ketika paman yuga memeluk aku, paman yuga sedang merindukan nando, anaknya yang lucu itu.
“senyuman adik kecil zakky yang lucu ini membuat paman jadi gemes, paman ingin mencubit zakky, boleh ?”
Hidungku dicubit oleh paman yuga kemudian kepala aku diusap-usapnya berkali-kali
“jejejejejejejejejejejejejejejejejejejejejejejejejeje” kata aku sambil berputar-putar
“lo, apa tu, kok jejejejeje, apa sih artinya.ermmm?
“tidak tahu, zakky Cuma jejejejejejeje saja”
“la, zakky ini ada-ada saja…sini biar paman cium kepala zakky yang cute ini”
Aku lalu menghindar dan menutup kedua mataku dengan kedua jari-jemariku
“dari tadi paman yuga kenapa sih mencium kepala aku terus?”
“karena kamu itu lucu”
“memangnya kalo zakky lucu jadi abang pengen cium zakky ya”
Paman yuga tersenyum “ iya anak manis, zakky ku sayang mau jadi anak paman yuga gak?”
Aku lalu berfikir-fikir sejenak “ kan zakky kan sudah punya ayah, masa zakky punya ayah dua”
“bagus dong, berarti banyak orang yang sayang sama zakky”
Aku dan paman yuga tersenyum, sore harinya kami pulang kerumah, paman yuga mengantar aku sampai pintu depan rumah.
***
Tiba-tiba tanpa sengaja aku menjatuhkan gelas mug ayah, aku belum pernah menjatuhkan gelas mug ayah, aku membungkukkan badan untuk memungut pecahan-pecahan gelas mug itu, aku jadi rindu ayah, ayah sekarang sedang sibuk bekerja dikantor. Setelah membereskan pecahan gelas itu lalu aku menelpon ayah
“ayah, zakky rindu sekali sama ayah, ayah cepat pulang ya, okeh okeh okeh, pulang bawa kue rasa strawberi yah..okeh okeh”
“iya pangeran kecilku zakky yang lucu, nanti ayah akan belikan apa yang zakky mau, sudah dulu ya, ayah mau bekerja dulu…muahhhhhhhhhhhhhhh muahhhhhhhhhhhhhhh ayah sayang sama zakky ku” ayah menciumku lewat suara telepon, terbalas sudah rinduku kepada ayah.
Siang ini aku tidur dikamar sendirian, didalam mimpi aku bertemu ayah, ibu dan kakak arif
“zakky kemari..ayo kemari..kemari” lalu aku berlari menuju ayah, ibu dan kakak arif tetapi semakin aku berlari menuju mereka, mereka semakin lama semakin menjauh menjauh dan menjauh, hanya amar-samar suara yang aku dengar, mereka memanggil-manggil namaku berkali-kali” ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY”
Lalu tiba-tiba ayah muncul dan memeluk aku kemudian mencium kening aku, tiba-tiba ayah terbang ke atas awan sambil melambaikan tangannya. Aku berusaha mengejar ayah tetapi tidak bisa, ayah terbang jauh sekali
Keringat dikepalaku terus saja mengalir dengan amat derasnya lalu aku menjerit memanggil nama ayah. “AYAHHHHHHHHH AYAHHHHHHH AYAHHHHHH” tanpa sadar aku menangis, perasaanku begitu aneh, aku merasa akan kehilangan sesuatu, gelisah fikiranku saat ini.
***
Pada jam 4 lewat 7 menit sore hari aku berlari ke ruang tengah rumah untuk mengangkat telefon, jantungku berdetak sangat kencang sekali.
“zakky, ini paman yuga, zakky siap-siap ya, ganti baju nanti paman langsung jemput zakky” kata paman yuga, dalam hatiku bertanya dan ketika aku mulai bertanya paman yuga langsung menutup telefonnya. Ada apa ini? Kenapa paman yuga tiba-tiba menyuruhku untuk siap-siap?apakah paman yuga mau mengajakku pergi jalan-jalan? Aku terus saja bertanya-tanya hingga paman yuga akhirnya tiba didepan rumah dan aku langsung masuk kedalam mobil sedannya yang berwarna hitam. Dalam perjalanan paman yuga sama sekali tidak membuka suara, aku ingin sekali bertanya tapi mulutku seakan terkunci rapat sekali. Paman yuga mamparkir mobil sedannya didepan rumah sakit palang merah Indonesia bogor.
Paman yuga memelukku kemudian aku digendongnya, paman yuga berjalan buru-buru sekali, kami memasuki pavilion demi pavilion rumah sakit, kami tiba didepan kamar mayat, sebelum paman yuga membuka pintu kamar mayat, aku merasakan tangan paman yuga gemetaran tidak menentu, pada saat itu aku masih sangat polos dan tidak tau apa-apa. Setelah menghela nafas lalu pintu kamar mayat itu dibuka, aku melihat ada sesosok mayat tertutupi kain putih. Dalam hatiku bertanya-tanya siapa orang itu? Siapa orang itu?
Paman yuga membuka kain putih yang menutupi wajah orang itu, seraut wajah yang serasa ku kenal terlihat begitu jelas dihadapan mataku, ayah…ayah…aku berulang kali memanggil nama ayah, tetapi dalam hatiku berkeyakinan bahwa ayah sedang bekerja di kantor. Aku berjalan mendekati mayat itu, dengan seksama aku mengamati baik-baik wajah mayat itu, perlahan-lahan senyuman ayah terlihat begitu jelas.
Aku diam setelah hatiku yakin bahwa mayat itu adalah ayah. Paman yuga mengangguk pelan sembari memelukku.
“itu ayahmu zakky…ayahmu meninggal dalam kecelakaan mobil” paman yuga tak mampu meneruskan kalimatnya, wajahku sudah basah oleh airmata. Aku menangis sejadi-jadinya, meraung-raung, memuntahkan seluruh airmata yang ada didalam pelukan paman yuga.
“ayah jahat…katanya mau menjaga zakky…ayah jahat..ayah jahat…” setelah berkata seperti itu aku lalu berlari menuju mayat ayah sambil mengguncang-guncangkan tubuh ayah yang kaku “ ayah bangun, ini zakky…bangun dong ayahku…ayah bangun”
Dengan bersimbah airmata aku menoleh ke arah paman yuga “ paman kenapa ayah tidak mau bangun..paman tolong bangunkan ayahku…aku kan mau main sama ayah” kataku sambil menangis.
Apa yang mau dikatakan oleh paman yuga? Paman yuga samasekali bingung tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan hal ini kepada aku yang baru saja berusia tujuh tahun, aku melihat wajah paman yuga pucat pasi, tidak ada warna, guratan-guratan lelah tampak begitu kusut memenuhi wajah paman yuga.
Ini memang sudah suratan takdir bagi aku yang bernama zakky shabiladev, kehilangan ayah, ibu dan kakak arif yang tercinta membuat semangatku mengendur dan bahkan hilang sama sekali. Sekarang aku tinggal bersama paman yuga, paman yuga menyuruhku untuk tidak segan-segan memanggilnya ayah, wajah paman yuga memang mirip dengan ayah oleh karena itu aku mulai terbiasa memanggil paman yuga ayah. Tapi aku rindu..rindu dan teramat rindu sama ayah.
……….ayah, ibu, kakak datanglah, hantuilah kehampaanku agar kabur
ayah, ibu, kakak datanglah, usirlah kesunyian bathinku agar ramai kembali
ayah, ibu, kakak datanglah, hantuilah kesedihanku agar kesedihanku kabur dan tak kembali..
jiki ramdani blog
Oleh jiki ramdani

Hal tersulit bagi ayah adalah menerima kenyataan bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, tidak ada satupun didunia ini yang berani tega membunuh anaknya sendiri. Ayah merasa bersalah, raut wajah ayah dipenuhi seraut muram yang sulit tertumpahkan, terpendam begitu saja, mencair namun sulit untuk mengalir hinga membeku menjadi penyesalan yang tiada berujung. Setiap hari ayah selalu melihat aku dari luar jendela, ayah menyaksikan aku yang sedang terbaring tak sadarkan diri, sesekali ayah menangis, yang keluar dari mulut ayah adalah isakan tangis yang tertahan. Hujan turun begitu saja, meskipun turun tak akan pernah mampu menggoyahkan ayah dari posisi berdirinya, dari kejauhan dokter herman yang sejak dari tadi mengamati ayah, pelan-pelan menghampiri ayah, lalu dokter herman menepuk pundak ayah, ayah tak bergeming, diam saja seolah semua indra rasa yang ada didalam diri ayah telah hilang dan habis terkuras oleh airmatanya. Dokter herman berdehem, lalu katanya “ putramu zakky semakin lama kondisinya semakin memburuk, tapi meskipun demikian saya yakin bahwa putra anda yang bernama zakky itu adalah seorang anak yang kuat, berdoalah, saya akan berusaha menyembuhkan putra anda semampu saya, saya akan mencoba melakukan yang terbaik” kata dokter herman, lalu ia berlalu.
Ayah menarik nafas lalu ayah mengejar dokter herman “ dok, anakku tak akan mati kan, anakku tidak boleh mati, dia harus hidup, saya mohon sembuhkanlah anakku..” nafas ayah memburu beraroma ketakutan dan kebimbangan yang mendalam.
Ini hari apa, bulan apa, ini siang atau malam semua tampak sama, yang ada didalam fikiran ayah adalah aku, zakky putranya. Ayah tampak begitu kurus dan tak terurus, pernah ada seorang suster perawat yang mencoba memberi ayah makan namun ayah selalu menolaknya baru setelah dibujuk oleh dokter herman, ayah lalu makan.
Seminggu, sebulan dan bahkan berbulan-bulan ayah terus saja menjaga aku disamping, tak henti-hentinya tangan ayah menggenggam kelima jari-jemari aku. Ayah selalu mendoakan aku setiap malam, pagi, siang, sore bahkan setiap hembusan nafas ayah adalah doa untukku. Namaku selalu disebut berulang-ulang dalam setiap untaian doa ayah.
Pada bulan kesembilan, kondisiku sudah mulai pulih namun belum seluruhnya. Melihat tanganku bergerak, ayah langsung senang, ayah langsung mencium tangan aku sambil berkata “bangunlah anakku sayang, ayah sudah tidak sabar ingin memelukmu, menyayangimu seperti dulu, ayah rindu dan teramat rindu senyuman manismu,senyumanmu bagi ayah adalah semangat, semangat yang kokoh, dengan mengingat senyumanmu jiwa ayah seakan terisi oleh suatu kekuatan baru” . butiran air mata ayah berjatuhan hingga lengan aku basah oleh tetesan air mata ayah.
Pada hari ke 12 barulah aku bisa membuka kedua kelopak mataku pelan-pelan, orang pertama yang aku lihat adalah ayah, wajah ayah basah oleh airmata. Ayah membantu aku untuk bangkit, ayah memeluk kepala aku, wajah ayah seperti langit yang cerah.
“zakky marah sama ayah?”
Aku menatap ayah, menatap ayah lebih dalam dan dalam, pelan-pelan aku teringat akan kejadian hari itu, ayah mencoba membunuh aku dengan tangannya sendiri. Aku tidak bisa marah, tanpa fikir panjang aku langsung memeluk ayah erat-erat.
“zakky sayang sama ayah, mana bisa zakky marah sama ayah”
Begitu mendengar kata-kata aku, ayah memeluk aku semakin erat, yang aku dengar adalah deru tangis airmata ayah yang terpendam dalam hati, lewat degupan jantung ayah, semakin menyakinkan aku bahwa ayah begitu bersedih.
***
Seminggu kemudian aku mulai sembuh total, aku akhirnya diijinkan pulang oleh dokter setelah pengecekan kesehatan dan terapi selesai, begitu tiba dirumah aku merasakan keadaan dalam rumah tampak begitu dingin, semua benda tampak berdebu, warna tembok tampak begitu kusam, namun begitu aku mengedarkan pandanganku kesegala penjuru sudut ruangan, aku menemukan banyak sekali jejak kenangan yang tertinggal disetiap dinding tembok rumah, mulai dari ketika hari ulang tahun aku yang ke-enam, peristiwa hujan-hujanan, ikan warna-warni dan segala kenangan yang dulu pernah dilalui kini berayun-ayun didalam kepalaku membentuk suatu untaian kalung yang berkilau memancarkan jutaan kenangan yang membuat mata aku berkaca-kaca. Aku dan ayah saling berpandangan, aku menangkap ada seraut sinar penyesalan yang begitu mendalam didalam kedua mata ayah yang sayu dan berkali-kali ayah selalu bertanya hal yang sama “ zakky marah sama ayah?”
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, membenamkan kepalaku kedalam pelukan ayah
“zakky sayang sama ayah, zakky tahu ayah tidak bermaksud membunuh zakky…tapi zakky siap kok kalo ayah menginginkan zakky mati..” ayah buru-buru menutup mulutku dengan kedua tangannya, dengan suara gemetaran dan sedikit parau, ayah berkata “ sudah..sudah..jangan bicara tentang kata mati…” ayah tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena seluruh emosi tidak akan mensia-siakan waktu sekarang, esok dan nanti untuk terus menyayangimu sepenuh hati, ayah khilaf nak..ayah benar benar tidak tahu apa yang harus ayah lakukan ketika itu, fikiran ayah kosong “ sesekali ayah mencium kening aku dan memelukku dengan amat sangat erat.

Daun-daun berjatuhan, perlahan-lahan daun-daun itu mengubur kenangan dimasa silam, yang tertinggal adalah bangkai suasana, bangkai kerinduan, bangkai senyuman yang mewangi disetiap sudut ruangan rumah. Tahun ini aku genap berusia 7 tahun, aku dan ayah duduk didepan kue tart coklat, ada tujuh batang lilin yang berdiri melingkar diatas kue tart, ayah memanduku untuk berdoa lalu aku meniup satu persatu lilin-lilin itu, setelah meniup lilin yang ke-enam aku jadi teringat sesuatu, bau-nya aroma kenangan dapat ku rasakan, satu persatu wajah mendiang ibu dan wajah mendiang kakak arif tampak begitu jelas kulihat, mereka tersenyum sambil memandangku. Ayah dapat merasakan apa yang aku fikirkan dan aku rasakan saat ini
“ ayah mengerti, sudahlah…meskipun ibu dan kakak arif tidak bersama kita lagi disini, masih ada ayah, ayah percaya mereka akan selalu ada dihati kita”
Akhirnya aku meniup lilin yang ketujuh, ayah mencium keningku
“zakky anakku mau hadiah apa dari ayah”
“aku mau ibu dan kakak arif kembali” aku langsung menangis sekuat-kuatnya, ayah terdiam. Aku tahu sebenarnya ayah ingin menangis tetapi ayah berusaha untuk tetap tegar dan kuat dihadapan aku. Lalu ayah membawa aku ke tempat dimana mendiang ibu dan mendiang kakak arif dikuburkan. Setelah membaca doa lalu kami menabur bunga, kakak arif dikuburkan disamping ibu agar nanti kalo aku dan ayah berziarah bisa dengan mudah menziarahinya.
Sinar lembayung mulai patah diterpa angin senja yang datang dari arah timur, tumpahan air mata masih tersisa diujung sudut mata, senja merapat dimulut dermaga, dan lembayung pun tenggelam kedalam lautan luas, ingin rasanya aku melipat sinar lembayung lalu menyimpannya didalam memoriku.
***
Berikutnya adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupku, hari-hari yang aku lalui penuh dengan kasih sayang yang melimpah ruah dari ayah.