seminggu setelah kepergian ibu dan arif kehidupan ayah mulai tak jelas, ayah mulai sering pulang malam dengan alasan kerja lembur. aku sering ditinggal sendiri dirumah. ayah berangkat kerja pukul 6:00 pagi dan pulang pukul 9:30 malam, biasanya ayah berangkat kerja pukul 7:00 pagi dan pulang 17:00 sore hari,namun setelah kepergiaan ibu dan arif semuanya benar-benar berubah dengan drastis. ayah seolah tak ada waktu untukku, bahkan hari-hari libur yang biasanya ayah gunakan untuk bermain denganku pun kini tak akan lagi ada dan tak akan pernah lagi ada.
"ayah pulang kerja jam berapa malam ini?" seperti itulah aku selalu bertanya setiap kali sempat berjumpa dengan ayah. dan ayah selalu menjawab dengan nada datar" tak tentu, mungkin larut, ayah sibuk la zakky, ayah harap zakky bisa memahami akan kesibukan ayah ini ya" kata ayah, cuma kata-kata itu saja yang selalu ayah jawab ketika aku tanya jam berapa ayah pulang.
hari ini aku mencoba untuk tidak tidur sebelum ayah pulang, aku rindu sekali sama ayah, rindu akan saat-saat bersama ayah dulu, dengan sabar aku menunggu ayah diruang tamu, aku menengok jam dinding, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. tak terasa aku menunggu hingga larut malam begini, mataku tak kuat menahan rasa kantuk yang terus merayapi kedua mataku ini hingga aku tertidur disofa.
suara mesin mobil ayah perlahan-lahan aku dengar ditengah mimpiku, suara mesin mobil ayah semakin lama semakin jelas kudengar. aku bangkit dari tidurku, aku mengucek kedua mataku dan berlari keluar untuk membuka pintu. begitu pintu kubuka ayah sudah berada tepat dihadapanku.
"ayah.." teriak aku sambil berlari kedalam pelukan ayah
"zakky belum tidur?"
"zakky menunggu ayah, zakky rindu sama ayah"
aku membantu ayah membawakan tas kantor ayah. ayah menutup pintu, aku meletakkan tas ayah diatas meja kerja ayah.
"cepat pergi tidur, ini sudah larut malam" nada suara ayah begitu berat, garis lelah terbentang disetiap wajah ayah yang kusam.
"zakky rindu sama ayah" kata aku sambil memeluk ayah. ayah melepaskan pelukan aku, ayah menangkis tangan aku seraya berkata dengan nada dengan membentak " cepat pergi tidur" ayah membentak aku dengan suara tinggi. ini kali pertamanya ayah membentak aku dengan nada suara yang begitu tinggi.
"tidak mau" wajahku memelas dan sedikit menitikkan airmata. ayah menarik tangan aku lalu menyeret aku kedalam kamar aku, ayah melepaskan tangan aku sambil berkata dengan nada sedikit marah" tidur..kalo tidak tidur ayah akan pukul zakky..zakky faham" setelah berkata seperti itu ayah lalu menutup kamar aku. aku diam, ini kali pertama ayah membentak aku dengan begitunya. padahal aku ingin sekali bercakap-cakap panjang-panjang dengan ayah. ayah tidak menyapaku, ayah tidak menanyakan kabar aku, dan ayah tidak mencium pipiku lagi. ada apa dengan ayah? aku terus bertanya-tanya dalam hati hingga aku tertidur lelap.
keesokan paginya begitu aku bangun ayah sudah tidak lagi berada dirumah, ayah sudah pergi ke kantor pagi-pagi sekali sebelum aku bangun. aku ingin sekali bersama ayah dipagi hari seperti ini. kapan ayah akan punya waktu seperti dulu lagi? itulah pertanyaan yang selalu melayang-layang didalam ubun-ubun kepalaku. ah..aku mendesah ringan dengan penuh kepiluan hati.
***
lagi, malam ini aku menunggu ayah pulang . aku benar-benar rindu sama ayah. aku ingin makan bersama ayah, dan ayah pun sudah mulai jarang menyapaku begitu juga menatap wajahku, kali ini aku tidak tertidur disofa, aku terus menunggu hingga larut malam. dan tepat pada pukul 11 malam ayah baru pulang. ayah tidak menatap aku, ayah berlalu begitu saja kedalam kamar meskipun aku berkali-kali memanggil ayah, ayah tetap saja berlalu tanpa menatap wajah aku sdikit pun. aku mengetuk pintu kamar ayah" ayah...ayah..zakky rindu sama ayah" dan ayah membuka pintu.
"zakky semakin lama semakin nakal ya...zakky mau ayah pukul ya" ayah lalu keluar dari kamar ayah sambil membawa sapu" cepat pergi tidur kalo tidak ayah akan memukulmu"
aku menggeleng-gelengkan kepala seraya menangis " zakky rindu sama ayah" aku mengembangkan kedua tanganku untuk memeluk ayah, ayah malah memukul kaki ku dengan amat keras, aku menahan rasa sakit, aku menangis tanpa bersuara. ayah menyeret aku kedalam dapur lalu memukuli tubuh ku berkali-kali, setelah itu ayah membenamkan kepala aku kedalam bak air mandi yang begitu dingin, aku meronta-ronta, aku sulit bernafas, berkali-kali aku berteriak dan menangis tetapi ayah semakin ganas menyiksa aku. setelah itu kepalaku dibenturkan kedinding hingga berdarah, ayah mengambil sebilah pisau lalu mendekatkan pisau itu kearah leherku.
tangan ayah bergetar memegangi pisau itu " pisau ini akan memotong kepala zakky kalo zakky nakal dan tidak patuh sama ayah. ayah tidak punya waktu untuk mu lagi zakky, zakky tau tidak pekerjaan ayah sangat banyak sekali, ayah sibuk sangat, ayah pusing memikirkan pekerjaan ayah, zakky faham..kalo zakky faham cepat sekarang pergi tidur"
aku menatap mata ayah, sinar mata ayah begitu redup begitu berapi-api, seolah orang yang ada dihadapanku ini bukanlah ayah melainkan orang lain. apakah ini ayahku? apakah ini benar ayahku? apakah ini ayah ku? aku bangkit lalu berjalan dengan langkah pelan sambil menahan rasa sakit dikepala dan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhku, tubuhku membiru, darah terus saja menetes tiada henti dari kepalaku, aku menangis karena sakit sekali. aku mencoba mengobati luka-luka itu dengan tanganku sendiri. aku membalut dan membungkus kepalaku dengan kain seadanya agar darah yang menetes itu berhenti, aku menangis sambil terpaku mengingati wajah ayah yang begitu berbeda, wajah ayah yang begitu lain.. menangis pun percuma saja tak akan bisa mengubah semua keadaan ini. aku mencoba untuk tidur sambil mengingati masa-masa dulu ketika ayah memeluk dan mencium pipiku dengan amat sayangnya kepadaku, aku membawa kenangan itu hingga kedalam mimpiku dan berharap dapat menghapus sedikit rasa perih dari luka yang menganga disetiap tubuhku ini.
keesokan harinya aku sakit parah. aku demam tinggi. seharian aku tidur dan belum makan sesuap nasi pun, tak ada tenaga untuk berjalan. ayah memanggil namaku berkali-kali tetapi aku tidak menyahutnya karena aku tertidur pulas sambil menggigil karena demam tinggi. ayah masuk kedalam kamarku dan menemukan aku tertidur dengan amat pulasnya, ayah melihat kedua tanganku bergetar dengan sangat hebat. ayah mengamatiku dan menyentuh kepala aku, ayah mendesah panjang, tanpa berkata apapun ayah menggendong aku untuk dibawa ke rumah sakit. aku tak sadarkan diri, seluruh wajahku pucat pasi. ayah sama sekali tidak mengeluarkan kata sepatah pun. ayah hanya diam. diam seribu bahasa.
by : jiki ramdani
"ayah pulang kerja jam berapa malam ini?" seperti itulah aku selalu bertanya setiap kali sempat berjumpa dengan ayah. dan ayah selalu menjawab dengan nada datar" tak tentu, mungkin larut, ayah sibuk la zakky, ayah harap zakky bisa memahami akan kesibukan ayah ini ya" kata ayah, cuma kata-kata itu saja yang selalu ayah jawab ketika aku tanya jam berapa ayah pulang.
hari ini aku mencoba untuk tidak tidur sebelum ayah pulang, aku rindu sekali sama ayah, rindu akan saat-saat bersama ayah dulu, dengan sabar aku menunggu ayah diruang tamu, aku menengok jam dinding, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. tak terasa aku menunggu hingga larut malam begini, mataku tak kuat menahan rasa kantuk yang terus merayapi kedua mataku ini hingga aku tertidur disofa.
suara mesin mobil ayah perlahan-lahan aku dengar ditengah mimpiku, suara mesin mobil ayah semakin lama semakin jelas kudengar. aku bangkit dari tidurku, aku mengucek kedua mataku dan berlari keluar untuk membuka pintu. begitu pintu kubuka ayah sudah berada tepat dihadapanku.
"ayah.." teriak aku sambil berlari kedalam pelukan ayah
"zakky belum tidur?"
"zakky menunggu ayah, zakky rindu sama ayah"
aku membantu ayah membawakan tas kantor ayah. ayah menutup pintu, aku meletakkan tas ayah diatas meja kerja ayah.
"cepat pergi tidur, ini sudah larut malam" nada suara ayah begitu berat, garis lelah terbentang disetiap wajah ayah yang kusam.
"zakky rindu sama ayah" kata aku sambil memeluk ayah. ayah melepaskan pelukan aku, ayah menangkis tangan aku seraya berkata dengan nada dengan membentak " cepat pergi tidur" ayah membentak aku dengan suara tinggi. ini kali pertamanya ayah membentak aku dengan nada suara yang begitu tinggi.
"tidak mau" wajahku memelas dan sedikit menitikkan airmata. ayah menarik tangan aku lalu menyeret aku kedalam kamar aku, ayah melepaskan tangan aku sambil berkata dengan nada sedikit marah" tidur..kalo tidak tidur ayah akan pukul zakky..zakky faham" setelah berkata seperti itu ayah lalu menutup kamar aku. aku diam, ini kali pertama ayah membentak aku dengan begitunya. padahal aku ingin sekali bercakap-cakap panjang-panjang dengan ayah. ayah tidak menyapaku, ayah tidak menanyakan kabar aku, dan ayah tidak mencium pipiku lagi. ada apa dengan ayah? aku terus bertanya-tanya dalam hati hingga aku tertidur lelap.
keesokan paginya begitu aku bangun ayah sudah tidak lagi berada dirumah, ayah sudah pergi ke kantor pagi-pagi sekali sebelum aku bangun. aku ingin sekali bersama ayah dipagi hari seperti ini. kapan ayah akan punya waktu seperti dulu lagi? itulah pertanyaan yang selalu melayang-layang didalam ubun-ubun kepalaku. ah..aku mendesah ringan dengan penuh kepiluan hati.
***
lagi, malam ini aku menunggu ayah pulang . aku benar-benar rindu sama ayah. aku ingin makan bersama ayah, dan ayah pun sudah mulai jarang menyapaku begitu juga menatap wajahku, kali ini aku tidak tertidur disofa, aku terus menunggu hingga larut malam. dan tepat pada pukul 11 malam ayah baru pulang. ayah tidak menatap aku, ayah berlalu begitu saja kedalam kamar meskipun aku berkali-kali memanggil ayah, ayah tetap saja berlalu tanpa menatap wajah aku sdikit pun. aku mengetuk pintu kamar ayah" ayah...ayah..zakky rindu sama ayah" dan ayah membuka pintu.
"zakky semakin lama semakin nakal ya...zakky mau ayah pukul ya" ayah lalu keluar dari kamar ayah sambil membawa sapu" cepat pergi tidur kalo tidak ayah akan memukulmu"
aku menggeleng-gelengkan kepala seraya menangis " zakky rindu sama ayah" aku mengembangkan kedua tanganku untuk memeluk ayah, ayah malah memukul kaki ku dengan amat keras, aku menahan rasa sakit, aku menangis tanpa bersuara. ayah menyeret aku kedalam dapur lalu memukuli tubuh ku berkali-kali, setelah itu ayah membenamkan kepala aku kedalam bak air mandi yang begitu dingin, aku meronta-ronta, aku sulit bernafas, berkali-kali aku berteriak dan menangis tetapi ayah semakin ganas menyiksa aku. setelah itu kepalaku dibenturkan kedinding hingga berdarah, ayah mengambil sebilah pisau lalu mendekatkan pisau itu kearah leherku.
tangan ayah bergetar memegangi pisau itu " pisau ini akan memotong kepala zakky kalo zakky nakal dan tidak patuh sama ayah. ayah tidak punya waktu untuk mu lagi zakky, zakky tau tidak pekerjaan ayah sangat banyak sekali, ayah sibuk sangat, ayah pusing memikirkan pekerjaan ayah, zakky faham..kalo zakky faham cepat sekarang pergi tidur"
aku menatap mata ayah, sinar mata ayah begitu redup begitu berapi-api, seolah orang yang ada dihadapanku ini bukanlah ayah melainkan orang lain. apakah ini ayahku? apakah ini benar ayahku? apakah ini ayah ku? aku bangkit lalu berjalan dengan langkah pelan sambil menahan rasa sakit dikepala dan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhku, tubuhku membiru, darah terus saja menetes tiada henti dari kepalaku, aku menangis karena sakit sekali. aku mencoba mengobati luka-luka itu dengan tanganku sendiri. aku membalut dan membungkus kepalaku dengan kain seadanya agar darah yang menetes itu berhenti, aku menangis sambil terpaku mengingati wajah ayah yang begitu berbeda, wajah ayah yang begitu lain.. menangis pun percuma saja tak akan bisa mengubah semua keadaan ini. aku mencoba untuk tidur sambil mengingati masa-masa dulu ketika ayah memeluk dan mencium pipiku dengan amat sayangnya kepadaku, aku membawa kenangan itu hingga kedalam mimpiku dan berharap dapat menghapus sedikit rasa perih dari luka yang menganga disetiap tubuhku ini.
keesokan harinya aku sakit parah. aku demam tinggi. seharian aku tidur dan belum makan sesuap nasi pun, tak ada tenaga untuk berjalan. ayah memanggil namaku berkali-kali tetapi aku tidak menyahutnya karena aku tertidur pulas sambil menggigil karena demam tinggi. ayah masuk kedalam kamarku dan menemukan aku tertidur dengan amat pulasnya, ayah melihat kedua tanganku bergetar dengan sangat hebat. ayah mengamatiku dan menyentuh kepala aku, ayah mendesah panjang, tanpa berkata apapun ayah menggendong aku untuk dibawa ke rumah sakit. aku tak sadarkan diri, seluruh wajahku pucat pasi. ayah sama sekali tidak mengeluarkan kata sepatah pun. ayah hanya diam. diam seribu bahasa.
by : jiki ramdani
Posting Komentar